Majelis Ulama Indonesia telah
mendapat pertanyaan-pertanyaan dari Kejaksaan Agung, sebagai berikut:
1. Jemaah Muslim Hizbullah berpendapat bahwa: “Berbaiat kepada Imam
Jemaah Muslim Hizbullah adalahw ajib hukumnya. Bagaimana pendapat Majelis Ulama
Indonesia mengenai persoalan tersebut di atas?
2. Dapatkah Majelis Ulama Indonesia memberikan kepada kami
dalil-dalil Alquran maupun Hadis mengenai persoalan Jemaah, Imamah/Khalifah,
dan Baiat selain daripada yang dikemukakan oleh Jemaah Muslimin Hizbullah?
3. Kami memohon pendapat Majelis Ulama Indonesia tentang telah
dibentuknya Jemaah Muslimin Hizbullah di bawah pimpinan Syekh Wali Al Fatah
tahun 1953 yang kemudian kini masih diteruskan di bawah pimpinan/Imam Haji
Muhyiddun Hamdi.
4. Apa masih ada keterangan lain yang akan diberikan oleh Majelis
Ulama Indonesia sehubungan telah “ditetapkannya” Jemaah Muslimin Hizbullah
tersebut.
1. Jemaah
a. Jemaah menurut logat ialah: lebih dari dua orang.
b. Menurut istilah, jemaah berarti: Himpunan paling sedikit dua
orang untuk melaksanakan shalat lima waktu. Pada shalat biasa hukumnya sunnah
mu’akkad. Dalam shalat Jumat menjadi rukun Jumat. Ada pula yang berpendapat
bahwa berjemaah dalam shalat lima waktu hukumnya fardhu kifayah. Shalat berjemaah
pahalanya berlipat ganda dari shalat sendirian, berjemaah dianjurkan oleh agama
Islam.
c. Jemaah di dalam kemasyarakatan ialah bekerja bersama-sama untuk
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, tolong menolong dalam biang sosial
dan menghindari perpecahan.
2. Khalifah
a. Khalifah menurut logat berarti: Wakil
b. Menurut istilah, berarti orang yang dipilih oleh jemaah untuk
menjadi pemimpin mereka.
c. Khalifah menurut sejarah ialah: Kepala Pemerintahan Islam pada
zaman sahabat, yaitu dengan baiat sebagai pernyataan setia dari pendududknya
dengan jalan pilihan. Sesudah masa sahabat, sebuatan khalifah dipergunakan
untuk sebutan kepada Pemerintahan tetapi tidak melalui pilihan (kerajaan).
Sebutan Khalifah menurut
sejarah telah berarkhir dengan berakhirnya Khalifah Usmaniyyah dari Turki.
Sebitan Khalifah menurut
sejarah ada kalanya dipergunakan kata Imam, setelah berakhir Khalifah
Usmaniyyah tersebut sebutan Khalifah dipergunakan oleh kelompok-kelompok
tarekat untuk sebutan ketuanya, seperti tarekat Naqsyabandiyyah, Satarijah, Tijaniyah,
dan lain-lain.
Demikian pula sebuatn Imam
dipergunakan oleh golongan madzhab- madzhab fikin seperti Imam Hanafi, Imama
Maliki, Imama Syafi’i, Imam Hambali, dan lain-lain
Juga dalam kegiatan sosial
(kemasyarakatan) seperti pemuka- pemuka Islam yang memperbaiki pendidikan Islam
seperti Muh. Abduh, Ustadz/ Al Imam menjadi sebutannya.
Bagi Syeikhul Azhar, Mesir
memakai sebutan Al Imam Al Akbar. Bagi tiap-tiap masjid menyelenggarakan shalat
Jumata juga memakai sebutan Imam Jami’i, sedangkan pada shalat lima
waktu disebut Imam Rawatib.
3. Baiat
a. Baiat menurut logat ialah jabatan tangan sebagai manifestasi
Persetujuan
b. Menurut istilah, berarti pengakuan setiap dari pengikut kepada pemimpin
yang diikutinya. Sebagaimana baiat itu berlaku dalam kemasyarakatan seperti
diterangkan di atas, juga dipergunakan di dalam lingkungan tarekat. Begitu pula
di beberapa golonga pada zaman Belanda seperti Serikat Islam mempergunakan kata
baiat.
4. Tentang Jemaah Muslimin Hizbullah
a. Jemaah Muslimin Hizbullah adalah suatu kelompok yang mempunyai
paham tersendiri dalam umat Islam, statusnya sebagai Ormas Islam
b. Di kalangan umat Islam ada keyakinan-keyakinan dan pemahamannya
agak menyimpang tentang Alquran dan hadis. Biasanya kalau ajarannya menyimpang
hanya mempunyai pengikut terbatas dan tidak berkembang. Diperlukan usaha-usaha
dakwah terhadap kekeliruan pemahaman kalau terhadap yang berlainan dengan pemahaman
umum, tentang Alquran dan hadis.
Ditetapkan: Jakarta 2 Agustus 1978
Majelis Ulama Indonesia
Komisi Fatwa
Ketua
K.H. M. Syukur Ghozali
Sekretaris
H. Musytari Yusuf, LA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar